Jayapura – Menjelang peringatan Hari Trikora pada 19 Desember 2025, Juru Bicara Gerakan Rakyat Pembebasan West Papua (GR-PWP), Wim Rocky Medlama, menyampaikan pernyataan pers yang berisi seruan dialog, kemanusiaan, dan penghentian kekerasan di Tanah Papua.

Dalam pernyataannya pada Sabtu (13/12), Wim Rocky Medlama menyebut bahwa peringatan 19 Desember selama ini kerap menjadi simbol luka sejarah dan konflik berkepanjangan di Papua. Ia mengajak seluruh pihak untuk menjadikan momentum tersebut sebagai titik refleksi, bukan pengulangan konflik.

“Sejarah seharusnya menjadi guru, bukan belenggu. Kami tidak ingin 19 Desember terus dikenang sebagai pengingat luka lama, tetapi sebagai titik balik menuju masa depan yang lebih damai,” ujarnya.

Wim menekankan bahwa dalam setiap perjuangan politik, martabat dan keselamatan manusia harus menjadi prioritas tertinggi. Ia menyoroti eskalasi kekerasan yang masih terjadi di sejumlah wilayah Papua dan menegaskan bahwa perdamaian tidak dapat dibangun di atas penderitaan warga sipil.

“Perdamaian sejati tidak bisa lahir dari kekerasan. Perlindungan warga sipil, pembebasan sandera tanpa syarat, dan jaminan keamanan bagi masyarakat Papua harus menjadi fokus bersama,” katanya.

Lebih lanjut, GR-PWP kembali mendorong dibukanya ruang dialog yang jujur dan setara antara pemerintah dan perwakilan rakyat Papua. Menurut Wim, penyelesaian persoalan Papua harus ditempuh melalui mekanisme damai dan beradab, bukan melalui senjata.

Ia mendesak pemerintah Indonesia untuk membuka jalur dialog yang dimediasi oleh pihak ketiga yang netral, bersifat inklusif, serta melibatkan perwakilan politik Papua secara sah. “Dialog yang jujur dan setara adalah jalan untuk mencapai solusi politik yang permanen dan diterima semua pihak,” tegasnya.

Menutup pernyataannya, Wim Rocky Medlama mengajak masyarakat Papua untuk tetap tenang, tidak terprovokasi, dan menjaga situasi kondusif menjelang peringatan Hari Trikora. Ia berharap Desember 2025 dapat menjadi momentum rekonsiliasi dan awal baru bagi perdamaian di Tanah Papua.

“Biarkan dunia melihat bahwa rakyat Papua menginginkan kedamaian, keadilan, dan masa depan yang lebih baik. Saatnya menghentikan kekerasan dan memilih jalan dialog demi ketenangan Papua hari ini dan ke depan,” pungkasnya.