Banten – Meski sejumlah anggota keluarga besar Ratu Atut Chosiyah, mantan Gubernur Banten, terseret dalam kasus korupsi yang menjadi sorotan nasional, dinasti politik keluarga ini tidak lantas meredup. Justru, mereka terus berupaya membangun kekuasaan melalui regenerasi dan strategi yang melibatkan tokoh-tokoh baru dengan peran signifikan di panggung politik lokal. Di tengah kontroversi hukum yang melanda sejumlah anggotanya, dinasti Atut menunjukkan kekuatannya dalam mempertahankan kendali di Banten, bahkan saat berbagai kasus korupsi membayangi nama keluarga ini.
Salah satu figur kunci yang muncul sebagai penerus dinasti ini adalah Airin Rachmi Diany, mantan Wali Kota Tangerang Selatan dan istri dari Tubagus Chaeri Wardana (Wawan).
Airin berupaya memperkokoh dinasti Politik walau ada bayang-bayang korupsi yang melibatkan keluarganya. Dalam konteks ini, ada kekhawatiran bahwa pengaruh negatif dari skandal korupsi keluarga Atut dapat merembet kepada Airin dan memengaruhi karier politiknya di masa depan.
Kehadiran Airin dalam politik lokal memberi gambaran tentang bagaimana dinasti politik keluarga Atut mampu bertahan di tengah terpaan badai kasus hukum yang melibatkan beberapa anggotanya. Airin berperan penting dalam membangun citra “kebangkitan” dinasti ini dengan pendekatan yang lebih moderat dan terkesan lebih profesional. Selain itu, generasi baru dalam keluarga ini, seperti Andika Hazrumy, putra Atut yang pernah menjabat sebagai Wakil Gubernur Banten, dan Andiara Aprilia Hikmat, putri Atut yang kini duduk di DPD, memperlihatkan pola regenerasi kekuasaan yang terus berjalan.
Dinasti Atut juga memperkuat jaringannya melalui pernikahan politik dan jabatan strategis yang dimiliki oleh anggota keluarga lainnya. Sebagai contoh, Adde Rosi Khoerunnisa, istri Andika Hazrumy, saat ini adalah anggota DPR RI, memperluas pengaruh keluarga ini hingga tingkat nasional. Haerul Jaman, adik tiri Atut yang pernah menjabat sebagai Wali Kota Serang dan kini mencalonkan diri sebagai anggota DPR RI, turut memperkokoh dominasi keluarga di ranah politik lokal dan pusat.
Konsolidasi politik ini diiringi dengan upaya memanfaatkan jaringan kekuasaan yang telah ada, menciptakan basis dukungan yang solid di tingkat lokal hingga nasional. Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa popularitas keluarga ini juga diwarnai dengan kontroversi seputar kasus hukum yang melibatkan beberapa anggotanya. Ratu Atut sendiri terjerat dalam dua kasus besar, yaitu suap kepada Ketua Mahkamah Konstitusi Akil Mochtar dalam Pilkada Lebak dan pengaturan proyek alat kesehatan Banten. Adiknya, Wawan, juga terseret dalam korupsi pengadaan alat kesehatan dan proyek-proyek di Pandeglang yang merugikan negara miliaran rupiah. Adik tiri Atut lainnya, Ratu Lilis Karyawati, bahkan divonis delapan tahun penjara atas korupsi proyek sodetan Sungai Cibinuangeun di Lebak.
Meski demikian, kekuatan politik keluarga Atut tidak serta-merta melemah. Strategi Airin dan anggota keluarga lainnya dalam menjaga citra dan mengambil posisi-posisi strategis, terutama di daerah yang menjadi basis kekuasaan, memungkinkan dinasti Atut bertahan di tengah skandal korupsi yang membayangi. Taktik politik keluarga ini juga mencerminkan strategi regenerasi yang terukur, di mana beberapa anggota keluarga yang tidak terseret kasus hukum dipersiapkan sebagai “wajah baru” untuk memperkuat eksistensi dinasti politik Atut di Banten.
Dengan strategi ini, keluarga Atut tampak berupaya membangun kembali dinasti politiknya, memastikan agar mereka tetap memiliki kontrol atas jalannya pemerintahan di Banten. Keluarga ini juga memanfaatkan berbagai peluang dan dukungan politik untuk menjaga dominasi mereka di panggung politik daerah, menjadikan dinasti Atut sebagai salah satu kekuatan yang sulit tergoyahkan di Banten, meski kerap diwarnai kritik tajam dari masyarakat dan sorotan negatif media.
Di masa depan, upaya Airin dan dinasti politik keluarga Atut ini tampaknya akan terus menjadi perhatian, terutama bagaimana mereka mempertahankan pengaruh politik di tengah sorotan publik yang semakin kritis. Pertanyaan yang muncul adalah apakah dinasti ini akan mampu bertahan tanpa terseret kasus baru atau, justru sebaliknya, akan menghadapi tantangan lebih besar dalam menghapus stigma korupsi yang melekat pada nama besar keluarga Atut.
Tinggalkan Balasan