Jakarta – Upaya pencegahan bullying dan perilaku agresif di kalangan remaja kembali digaungkan di tengah maraknya provokasi di media sosial. Pada Rabu (3/12/2025), SMK Muhammadiyah 7 Jakarta menggelar Seminar Penguatan: Membangun Generasi Berkarakter Cegah Perilaku Agresif & Bullying, bertempat di aula sekolah. Kegiatan yang diikuti puluhan pelajar ini menghadirkan narasumber dari unsur pendidikan, kepolisian, dan media digital.

Kepala Kasi Sudin SMK Jakarta Selatan 2, Ety Suyanti, menekankan pentingnya sinergi “catur pusat pendidikan” keluarga, sekolah, masyarakat, dan pemerintah untuk menciptakan lingkungan belajar yang aman dan ramah. Ia mengingatkan bahwa pembentukan karakter paling awal dimulai dari rumah.

“Kalau sejak kecil tidak dibiasakan dengan perilaku baik, dampaknya akan terbawa ke sekolah. Kita ingin mencegah, bukan hanya menangani. Bullying dimulai dari kebiasaan yang salah,” ujar Ety, sembari mengingatkan bahwa provokasi yang berseliweran di media sosial juga dapat memicu perilaku agresif remaja.

Sementara itu, IPTU Joko Winarno, Kanit Binmas Polsek Tebet, memberikan peringatan tegas terkait potensi perundungan digital serta provokasi yang kerap muncul melalui konten daring. Ia menegaskan bahwa semua aktivitas di media sosial meninggalkan jejak digital yang dapat ditelusuri aparat.

“Cyberbullying itu ada dasar hukumnya. Jangan merasa aman karena pakai akun palsu. Semua punya jejak digital. Hindari komentar provokatif dan jangan terpancing konten yang bisa memicu konflik,” tegasnya.

Ia juga mengingatkan siswa untuk tidak ikut menyebarkan hoaks atau pesan bernada permusuhan yang dapat memperkeruh situasi.

Dari perspektif media, Direktur Kreatif Inilah.com, Rebbi Noviar, memaparkan empat bentuk bullying fisik, verbal, emosional, dan cyberbullying serta menjelaskan bahwa bentuk terakhir menjadi yang paling berbahaya karena terjadi di ruang digital yang sangat mudah diprovokasi.

“Jejak digital itu abadi. Apa yang kalian tulis hari ini bisa melukai orang bertahun-tahun. Cyberbullying banyak terjadi karena provokasi di kolom komentar atau unggahan viral,” jelasnya.

Rebbi juga menyinggung bahwa kasus-kasus fatal seperti kematian mahasiswa akibat perundungan berawal dari interaksi digital yang tak terkendali.

Ia mengajak siswa menjadi bagian dari solusi, bukan pengikut arus.

“Kita harus jadi pelindung. Berani membela korban. Stop budaya ikut-ikutan hanya karena tren atau terpancing provokasi di media sosial,” katanya.

Kepala Sekolah SMK Muhammadiyah 7 Jakarta, Komarudin, memberikan apresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut. Ia berharap seminar ini menjadi bekal karakter penting bagi para siswa, termasuk untuk lebih berhati-hati di dunia digital yang sangat rawan memicu konflik.

“Materi hari ini sangat bermanfaat agar anak-anak berhati-hati dalam bertindak, baik di sekolah maupun di media sosial. Kami ingin mereka tumbuh sebagai generasi yang menginspirasi, bukan menyakiti,” ujarnya.

Melalui kegiatan ini, SMK Muhammadiyah 7 Jakarta menegaskan komitmennya menciptakan lingkungan pendidikan yang aman, sehat, dan bebas dari semua bentuk bullying terutama di era digital yang tidak hanya penuh peluang, tetapi juga dipenuhi risiko provokasi dan perundungan online.